Dari Promosi Doktor Bidang Tafsir:
Memaknai kecerdasan sebagai fungsi otak, sebagaimana yang dikembangkan dalam psikobiologi, mengandung implikasi reduksionis. Reduksionisme ini dapat dipersalahkan karena telah menyederhanakan kecerdasan hanya sebagai aktifitas fisik yang terlokalisir (localizations of function), yaitu "satu otak tiga pikiran" dengan tipe Kecerdasan Intelektual (IQ), Emosional (EQ) dan Spiritual (SQ). Dalam pandangan terbaru dari mazhab ini, agama malah dipandang tidak memiliki keterhubungan sama sekali dengan kecerdasan, meski kecerdasan itu bersifat spiritual. Sehingga, orang yang beragama boleh jadi tetap bodoh secara spiritual, dan orang yang ateis malah bisa jadi cerdas secara spiritual.
Gagasan Alquran justeru memberikan perspsektif yang sama sekali berbeda. Apa yang disebut qalbu, satu sisi bisa diartikan sebagai otak karena fungsinya untuk berpikir, tetapi pada sisi lain signifikansi sebuah keberagamaan (religiusitas) tidak ditentukan oleh semata-mata peran otak, tapi melibatkan keseluruhan jati diri manusia, itulah qalb. Dan, Wahyu sebagai dasar bangunan Islam justeru menjadikan qalbu tempat berpijak.
Gagasan Alquran justeru memberikan perspsektif yang sama sekali berbeda. Apa yang disebut qalbu, satu sisi bisa diartikan sebagai otak karena fungsinya untuk berpikir, tetapi pada sisi lain signifikansi sebuah keberagamaan (religiusitas) tidak ditentukan oleh semata-mata peran otak, tapi melibatkan keseluruhan jati diri manusia, itulah qalb. Dan, Wahyu sebagai dasar bangunan Islam justeru menjadikan qalbu tempat berpijak.
mengenai satu otak 3 kecerdasan lalu bagaimana dengan hadits bahwa qalbu adalah sebuah mudggah (segumpal darah)? apakah qalbu = jantung atau = otak, lalu bagimana dghn pendapat alghazali bahwa adanya qalbu ruhani disamping qalbu jasmani, lalu dimana peran Tuhan sebagai pemberi hak verogatif hidayah yang turun melalu qalbu yang suci? mhn penjelasan